PENGANTAR
Warisi Tradisi Lestarikan Budaya. Itulah taglane atau slogan Kampung Budaya Polowijen, satu satunya kampung di Kota Malang yang mengatasnamakan kampung budaya karena sangat kuat akar sejarah dan budaya yang berasal dari kampung Polowijen ini. Nama polowijen di pakai menunjukkan sebagai salah satu tempat dimana kampung budaya ini berada di RT 03 RW 02 Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Kota Malang. Sebuah nama desa yang tertulis dalam prasasti Wurandungan Kanjuruhan B pada yang memuat informasi mengenai penetapan Wanua Panawidjyan sebagai ?Desa Perdikan (Sima)? dapat dialternasikan sebagai penetapan status sima Panawijayan, yakni pada hari Rabo Wage, tanggal 10 paro terang (suklapaksa), pada bulan Palguna, tahun Saka 865, yang bisa dikonversikan dalam tarikh masehi menjadi 7 Nopember 944 Masehi atau sekitar 1079 tahun yang lalu.
Singhasari awal mula erat kaitannya dengan Panawidjyan sebuah desa yang menjadi tempat tinggal Ken dedes dan Empu Purwa. Karena Panawidjyan itu sebagai ?Desa Perdikan (Sima)? maka sudah barang tentu penduduk atau masyarakat sekitarnya dimungkinkan suasana kehidupannya juga seperti sekarang ini. Ada pemukiman, ada pasar, ada tempat ibadah, ada tempat pendidikan, ada pula sistem pertanian atau bercocok tanam dan dimungkinkan pula ada upacara atau hajatan masyarakat setempat.
Mengenai Panawidjyan, sekarang Polowijen yang dulu pernah bernama Panawijen juga memang ada tinggalan yang mensejarah yaitu situs budaya Polowijen yang bernama Situs Sumur Windu. Kebanyakan orang sekarang menyebutnya Situs ken Dedes yang di dahulunya berupa sumur lebar (Blumbang) dan Pohon Beringin tepat di barat terdapat tanah yang agak tinggi menimbun terdapat struktur batu bata merah mirip sebuah pondasi yang diduga sebagai objek diduga cagar budaya mandala dewaguruan Mpu Purwa.
Sementara di sebelah timur di bawah pohon meringin besar terdapat cungkup yang di duga sebagai situs Joko Lolo dalam sebuah legenda Joko Lolo pemuda dari Dinoyo yang ingin mempersunting Ken Dedes tapi dengan syarat membuat sumur Windu. Prasyaratan itu batal lantaran ada ayam berkokok di sisi timur kemudia Joko Lolo marah memporak porandakan gamelan sebagai pengiring hiburan dalam pekerjaan pembuatan sumur windu lalu joko Lolo Muksa (menghilang). Shingga pohon beringin yang besar di makam paling timur di bangun cungkup sebagai tempat kepercayaan masyarakat setempat tempat menghilangnya joko Lolo. Kini tempat itu tiap jumat legi bulan suro setahun sekali diadakan acara metri/selamatan desa atau yang biasa disebut dengan bersih desa.
Bicara mengenai Polowijen juga tidak lepas dari makam Buyut Jibris dan buyut Suro yang makamnya ada di Polowijen di Gang 2 dimana beliau termasuk yang babat alas membawa syiar Islam dari kerajaan Demak kala itu. Maka di sekitar makam itu terkenal dengan kampung santren yang di tengarai bahwa pertama kali ada pondok pesantren pertama kali di daerah Malang yang di kembangkan oleh Buyut Suro Cucu dari Buyut Jibris yang sejaman dengan Ki Ageng Gribig.
Yang paling menarik lagi di makam Polowijen juga terdapat makam Mbah Reni. Beliau adalah Ki Tjondro Suwono yang mendapatkan gelar Ki ageng Sunggung Linuwih dari Bupati malang ke 4 yang di meninggal tahun 1935. Selain sebagai pegawai rendahan pemerintah kabupaten Malang yang mengurusi mengenai kesenian topeng Malang kala itu. Mbah reni (nama panggilan anaknya=karan anak) memang seorang pembuat topeng terbaik di masanya selain sebagai tukang mabel yang paling kaya di Polowijen mbah reni juga terkenal dengan pimpinan rombongan kesenian topeng Malang. Karya topengnya dengan 60 karakter tokoh topeng panji banyak tersebar dan tersimpan di Museum Mangkunegaran dan sebagai di Museum Belanda.
Dari keterangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Polowijen memang merupakan desa yang istimewa dengan kebesaran dan kekayaan sejarah tentang Singhasari dan Malang menempatkan Polowijen sebagai tempat basis penyebaran seni budaya pendidikan dan agama. Karenanya Polowijen perlu diangkat kembali sebagai tempat persemaian sekaligus pelestarian tradisi dan budaya melalui Kampung Budaya Polowijen.
PROSES PENDIRIAN KBP
Awal mula tercetus nama Kampung Budaya Polowijen tidak serta merta muncul begitu saja. Ide awalnya di selenggarakan Sarasehan Budaya Polowijen di balai RT 03 RW 02 Kelurahan Polowijen kecamatan Blimbing Kota Malang yang di gagas oleh Ki Demang yang di hadiri warga dan tokoh masyarakat setempat, pelaku seni budaya di Malang pada November 2016. Semua saling memberikan informasi, masukan dan pendapat serta mengungkapkan segala macam potensi Polowijen. Ternyata Polowijen adalah desa yang bersejarah dan terdapat situs Budaya Polowijen (Situs Sumur Windu Ken Dedes, Situs Joko Lolo dan Situs Makam Ki Tjondro Suwono alias Mbah Reni Empu Topeng Malang) yang memperkuat bahwa Polowijen adalah desa kuno sekaligus kantung budaya di Malang. Beberapa tokoh yang hadir diantaranya Yudhit Perdananto, Nasai, Almarhum Mbah Yongki Irawan, Ki Prasena dari tosan Aji Malang serta beberapa pegiat Sekolah Budaya Tunggul Wulung dan warga RT 3..
Sarasehan Budaya Polowijen ke dua berlanjut pada Akhir Desember 2016 di tempat hajatan warga yang hadir kurang lebih sama dan makin bertambah. Temanya juga menggali kearifan lokal mengenai adat istiadat tradisi dan perubahan perubahan yang terjadi di Polowijen. Di Forum ini tergali beberapa informasi mengenai bersih desa, tata cara selamatan dan cerita rakyat seperti macan putih, joko Lolo serta sumur windu. Beberapa tokoh yang hadir ketua LPMK Effendi, beberapa ketua RW, serta warga RT 3. Hadir pula Yudhit Perdananto, Nasai, Almarhum Mbah Yongki Irawan, Ki Prasena dari tosan Aji Malang serta serta Ki Djati Kusumo
Pada bulan Februari 2017 sarasehan ke tiga di selenggarakan di PKBM Zam-Zam di lingkungan RT 03 RW 02 Polowijen dengan melibatkan lebih banyak lagi warga masyarakat serta tokoh seni budaya Malang yang mengungkapkan ragam macam kesenian. Bahwa Polowijen dulu di era tahun 50an terdapat kesenian ketoprak, ludruk, wayang kulit, wayang ope termasuk jaranan dan wayang topeng. Bahkan pencak silat juga ada di Polowijen. Dari saresehan ke tiga muncullah gagasan tentang pembentukan Kampung Budaya Polowijen. Beberapa tokoh yang hadir Wakil Ketua LPMK Suwaji, Ketua RW Alm Bapak Abdilah, Yudhit Perdananto, Nasai, Almarhum Mbah Yongki Irawan, serta warga RT 3.
Sarasehan Budaya Polowijen ke empat berlanjut bersamaan dengan peresmian Kampung Budaya Polowijen pada Tanggal 2 April 2017 dengan tema mencari Hari jadi Polowijen yang di hadiri oleh Narasumber Anggota TACB/Arkeolog Dwi Cahyono di dampingi Anggota DPRD Kota Malang Ida, Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Wahyuningsih, Camat Blimbing Supriyadi dan Lurah Polowijen Suseno.
Bahwa berdasarkan prasasti Wurandungan Kanjuruhan B pada yang memuat informasi mengenai penetapan Wanua Panawidjyan sebagai ?Desa Perdikan (Sima)? dapat dialternasikan sebagai penetapan status sima Panawijayan, yakni pada hari Rabo Wage, tanggal 10 paro terang (suklapaksa), pada bulan Palguna, tahun Saka 865, yang bisa dikonversikan dalam tarikh masehi menjadi 7 Nopember 944 Masehi atau sekitar 1074 tahun yang lalu ketika sarasehan digelar pada Tanggal 2 April 2017.
PROSES PEMBANGUNAN
Menyadari seni budaya yang makin lama makin tergerus , maka warga mendirikan Kampung Budaya Polowijen sebagai salah satu kelompok masyarakat/komunitas yang turut serta melakukan upaya pelestarian tradisi dan budaya. Adapun prosesnya dimulai dengan memberikan ornament bambu pada rumah warga RT 03 RW 02 Polowijen sebanyak 15 rumah dan menambahkan gazebo di depan rumah masing masing warga secara bertahap. Prosesnya dengan swadaya mandiri dengan prinsip gotong royong. Butuh waktu 2 tahun untuk mel akukan pembenahan infrasturktur agar desain kampung lebih unik antik, indah dan menarik.
Menyadari lahan dan lokasi terbatas dan sempit, maka Kampung Budaya Polowijen memanfaatkan atas saluran irigasi sebagai ruang aktivitas publik sebagai tempat untuk kegiatan seni budaya dalam bentuk panggung dan menempatkan gazebo sebagai tempat interaksi publik.
PERESMIAN KBP
Kampung Budaya Polowijen diresmikan para tanggal 2 April 2017 selang 1 hari dengan HUT Kota Malang. Kampung Budaya Polowijen di resmikan oleh Walikota Malang, Ir. H. Moh. Anton. Sebelum di resmikan pagi harinya ada kegiatan Gerakan Senam Sehat Polowijen, Kegiatan menanam 100 pohon. Pesesmian di buka dengan tari Beskalan Malang dan di meriahkan dengan Tari Topeng Grebeg Jowo 100 orang. Setelah itu Walikota Malang menandatangani prasasti pendirian Kampung Budaya Polowijen dan peletakan batu pertama Sasana Budaya Polowijen. Di sela acara di gelar permainan dolanan yang berupa permainan bamboo gila dan Nyai Puthut yang di ikuti oleh belasan anak anak dan puluhan mahasiswa. Malamnya dilanjutkna dengan acara Sarasehan Budaya Polowijen yang sebelumnya di buka dengan terbangan Albanjari Polowijen dan Tari Topeng Gunungsari. Sarasehan Kampung Budaya Polowijen mengambil tema mencari Hari jadi Polowijen dengan narasumber Arkeolog UM Drs. M. Dwi Cahyono, M.Si, Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyudi, SH.M.Si, Anggota DPRD Kota Malang Erni Farida, Camat Blimbing Prayitno dan Lurah Polowijen Suseno yang di pandu oleh Ki Demang.
STRUKTUR KBP
Kampung Budaya Polowijen mempunyai tiga struktur organisasi. Pertama adalah kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Budaya Polowijen di bawah binaan Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang yang menangani urusan pariwisata di bawah kepemimpinan Supriyono lengkap dengan struktur ketua, wakil ketua, sekertaris bendahara dan pengurus bidang bidang.
Kelompok ke dua Kelompok Seni dan Budaya Kampung Budaya Polowijen di bawah binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. kegiatan utama kegiatan seni budaya, adat istiadat dan tradisi. Kelompok ini di bawah kepemimpinan Mugik Alfianto lengkap dengan struktur ketua, wakil ketua, sekertaris bendahara dan pengurus bidang bidang.
Kelompok ketiga adalah kelompok Kriya Batik Polowijen dibawah binaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kota Malang. Kegiatan utama produksi batik Polowijen berserta turunannya di bawah pimpinan Titik Nur Fajriyanti lengkap dengan struktur ketua, wakil ketua, sekertaris bendahara dan pengurus bidang bidang.
Ketiga kelompok ini dibawah naungan organisasi Kampung Budaya Polowijen di bawah pimpinan penggagas Ki Demang lengkap dengan struktur ketua, wakil ketua, sekertaris bendahara dan pengurus bidang bidang.
*FASILITAS KBP*
*PRODUK KBP*
*GLADI KBP*
*SINAU BUDAYA*
*WORKSHOP SARASEHAN DAN SEMINAR KBP*
*SAMBANG KAMPUNG KBP (Studi Banding/Studi Tiru/Belajar Budaya)*
*EVENT KBP*
*LOMBA LOMBA DI KBP*
*TRADISI/RITUAL DI KBP*
SAMBANG KAMPUNG (Kunjungan untuk Studi Banding/Studi Tiru/Sinau Budaya)
SAJIAN
SINAU
KULINER