Terbang Laro merupakan perpaduan antara seni suara dan seni gerak. Ia menjadi unik dengan adanya alat musik ketipung, yakni ketipung lanangan dan wedoan.
Pada umumnya, terbangan hanya menggunakan alat musik terbang dan jidor. Belakangan, seniman Terbang Laro memasukkan gamelan untuk memperkaya musikalitasnya.
Yang jadi pembeda dan yang menegaskan ke-khas-annya adalah munculnya tarian pada pertunjukan kesenian ini. Karena itu orang sering menyebut kesenian ini Tarian Terbang Laro. Dalam beberapa momen, pertunjukan Terbang Laro juga diselingi lawakan dan ludruk (lakon).
Selain menghibur dan membuat penonton senang, kesenian ini selalu berusaha mengemban ular-ular kaweruh dalam setiap pertunjukkannya. Selain sholawat, seniman Terbang Laro selalu berusaha menyisipkan suri tauladan melalui lawakan. Lakon-lakon yang dimainkan juga dipilih atas pertimbangan unsur pendidikan, seperti tokoh Sakera, perang kemerdekaan dan lainnya. Suri tauladan juga disampaikan lewat bahasa gerak melalui tari-tarian yang dimainkan.
“Dalam bahasa sederhana, Terbang Laro merupakan seni terbangan yang mengiringi tarian, lawakan dan lakon. Selain bisa mengambil hikmah sholawat juga bisa mengambil kaweruh lewat tarian, lawakan dan kisah (lakon) yang dimainkan,” kata Hasan, Ketua Paguyuban Terbang Laro.
Dalam setiap pertunjukan Terbang Laro, kata Hasan, melibatkan 25 sampai 30 orang. 15 orang memainkan alat musik, 10 menari dan 5 orang memainkan lawak serta lakon. Hasan mengatakan, jumlah tersebut tidak baku, bisa berkurang dan bisa lebih.
“Durasi dalam setiap tarian bisa 10 sampai 15 menit. Fleksibel tergantung acara dan permintaan,” kata dia. “Bisa juga sampai semalam suntuk,” imbuh Hasan.
Terdapat beberapa jenis tarian yang biasa dimainkan dalam pertunjukan Terbang Laro. Diantaranya Adrek Duduk, Kendayan, Seri, Polisi, Lingsir dan Monelan. Selain tarian-tarian asli yang merupakan bagian dari kesenian Terbang Laro tersebut, saat ini juga dipentaskan tarian dari daerah lain seperti Derok, Payung, Lilin dan tarian lainnya.